Langit mengarak kelabu lewat awan yang berlalu,
hujan sampaikan pedih yang terabaikan.
Lirih aku menulis hati dengan warna sepi.
Redannya hujan yang mengembun,
memunculkan mentari kehangatan,
biasnya mentari tebarkan warna kesejukan
terlukiskan lewat indahnya pelangi
hingga ia memikatku untuk tersenyum padamu.
Hujan terus turun,
air terus mengalir,
mentari yang kulihat tadi kini sudah tenggelam.
Kini kumenanti datangnya rembulan,
untuk memiliki sebingkai harapan.
Begitu cepatkah mentari itu tenggelam padahal hangatnya baru lah kurasakan.
Hilanglah sudah pelangi keceriaan,
karna biasnya mentari tak lagi terpancarkan.
Ku tak yakin sebingkai harapan sang rembulan
dapat gantikan keindahan sang pelangi.
Kini kulihat rembulan yang datang terangi malam,
kurasakan syahdunya angin malam,
ku tatap langit dan kuhitungi bintang,
adakah sesosok diri yang datang,
untuk menemani dan membawakan aku satu bintang.
Terangnya rembulan tak seterang dirimu dihatiku,
hingga beribu bintang dilangit pun
akan kupersembahkah untuk buktikan ucapanku,
ku genggam erat tanganmu
dan takkan kulepaskan
hingga kau berikan indah cintamu hanya untukku
Dimanakah dirimu yang selalu kurindukan,
telah banyak kuhitungi bintang,
namun kau tak jua datang.
Ingin ku pergi ke bulan dan membawa sejuta harapan.
Oh malam dimana dirinya kau sembunyikan?
Mengapa begitu rentan kau hadirkan sebingkai harapan,
inginku kau kembali dalam dekapan,
untuk membawa sejuta harapan.
Kini kususuri malam yang bertabur bintang,
ku datang dengan sejuta harapan,
akan ku ajak kau menikmati indahnya rembulan
meski hanya dalam khayalan,
kuyakin hangatnya malam kan kau rasakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
sialhkan tinggalkan komentar antum ^^