~~~PERHATIAN!!! ANDA MEMASUKI KAWASAN ANTI DEMOCRAZY~~~

Kamis, 23 Juni 2011

‘iffah: lambang kemuliaan seorang wanita


Segala puji bagi Allah Ta’ala, Robb semesta alam. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad.

Akhwatifillah… Di masa sekarang ini, di saat kejahiliahan kembali merata di seluruh penjuru dunia, upaya penjagaan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan, kesia-siaan, dan kerendahan harus lebih ditekankan. Terlebih lagi bagi seorang muslimah yang kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. ‘Iffah adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan penjagaan diri ini. Lalu apa sebenarnya ‘iffah itu?

Pengertian ‘Iffah

Wahai muslimah… Menurut bahasa, ‘iffah artinya adalah menahan. Sedangkan menurut istilah, ‘iffah adalah menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah.

Jadi, ‘afifah (sebutan bagi muslimah yang ‘iffah) adalah muslimah yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya menginginkannya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (An-Nur: 33).

Wanita yang ‘afifah

Saudariku… ‘Iffah adalah akhlaq yang tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan akhlaq ini merupakan sifat hamba-hamba Allah Ta’ala yang shalih, yang senantiasa memuji keagungan Allah Ta’ala, takut akan siksa, adzab, dan murka-Nya, serta selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.

Ada beberapa hal yang dapat menumbuhkan akhlaq ‘iffah dan perlu dilakukan oleh seorang muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya, di antaranya adalah:

1. Ketaqwaan kepada Allah Ta’ala

Taqwa adalah asas paling fundamental dalam mengusahakan ‘iffah pada diri seseorang. Ketaqwaan adalah pengekang seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oleh Allah Ta’ala, sehingga ia akan selalu berhati-hati dalam berbuat seseuatu, baik di saat sendirian maupun dalam keramaian.

Sesungguhnya kemuliaan yang diraih seorang wanita shalihah adalah karena kemampuannya dalam menjaga martabatnya (‘Iffah) dengan hijab serta iman dan taqwa. Ibarat sebuah bangunan, ia akan berdiri kokoh jika mempunyai pondasi yang kokoh. Andaikan pondasi sebuah bangunan tidak kokoh, maka seindah dan semegah apapun pasti akan cepat runtuh. Begitu juga dengan ‘iffah yang dimiliki oleh seorang wanita, dengan iman dan taqwa sebagai pondasi dasar untuk meraih kemuliaan-kemuliaan lain.

Segala anggota tubuh akan selalu terjaga jangan sampai melanggar larangan Allah Ta’ala sehingga terjerumus ke dalam kesesatan. Mulutnya terjaga dari pembicaraan yang sia-sia, ghibah, fitnah, adu domba, dusta, mengumpat , mencela, dan lain-lain. Tangannya pun akan terjaga dari hal yang dilarang seperti mencuri, bersentuhan dengan orang yang bukan mahramnya, dan lain-lain. Mata pun demikian, tak ingin terjerumus dalam mengumbar pandangan yang diharamkan.

Sungguh ketika taqwa berdiam pada diri seseorang, maka muncullah pribadi yang penuh dengan hiasan yang tak tertandingi keindahannya. Mengalahkan emas, perak, berlian, dan hiasan dunia lainnya.

2. Menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan

Saudariku muslimah….

Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: ‘Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…’ ” (An-Nur: 31)

Asy-Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata: “Allah Jalla wa ‘Ala memerintahkan kaum mukminin dan mukminat untuk menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari perbuatan zina, liwath (homoseksual), dan lesbian, serta menjaganya dengan tidak menampakkan dan menyingkapnya di hadapan manusia.” (Adhwa-ul Bayan, 6/186)

3. Tidak bepergian jauh (safar) sendirian tanpa didampingi mahramnya

Seorang wanita tidak boleh bepergian jauh tanpa didampingi mahramnya yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan. Rasulullah j bersabda: “Tidak boleh seorang wanita safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

4. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya

Bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati condong kepada perbuatan yang keji dan hina. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata: “Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda atau sudah tua. Dan sama saja apakah laki-laki yang berjabat tangan dengannya itu masih muda atau kakek tua. Karena berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan fitnah bagi kedua pihak.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata tentang Rasulullah j: “Tangan Rasulullah j tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Al-Bukhari)

“Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas atau penghalang (kaos tangan atau kain) maupun tanpa penghalang. Karena dalil dalam masalah ini bersifat umum dan semua ini dalam rangka menutup jalan yang mengantarkan kepada fitnah.” (Majmu’ Al-Fatawa, I/185)

5. Tidak khalwat (berduaan) dengan laki-laki yang bukan mahram

Rasulullah j telah memerintahkan dalam sabdanya: “Tidak boleh sama sekali seorang lak-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

6. Nikah

Nikah adalah salah satu jalan terbaik untuk menjaga kesucian diri. Bahkan nikah adalah sarana utama untuk menumbuhkan sifat ‘iffah. Dengan menikah, seorang muslimah akan terjaga pandangan mata dan kehormatan dirinya. Nikah adalah fitrah kemanusiaan yang di dalamnya terdapat rasa cinta, kasih sayang, dan kedamaian yang tidak didapatkan dengan cara lain, seperi firman Allah Ta’ala: “Dan di antara tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.” (Ar-Rum: 21)

7. Rasa Malu

Malu adalah sifat yang agung dan terpuji. Dengan rasa malu, seseorang akan terhindar dari perbuatan keji, tidak pantas, mengandung dosa dan kemaksiatan. Rasa malu akan bertambah indah jika melekat pada diri seorang muslimah. Dengan malu, seorang muslimah akan selalu nampak dalam fitrah kewanitaannya, tak mau mengumbar aurat tubuhnya, tak mau mengeraskan suara yang tak diperlukan di tengah kumpulan manusia, tidak tertawa lepas, dan lain-lain.

Rasa malu ini benar-benar akan menjadi penjaga yang baik bagi seorang muslimah. Ia akan menyedikitkan beraktivitas di luar rumah yang tanpa manfaat. Ia akan menjaga diri ketika berbicara dengan orang lain, terlebih laki-laki yang bukan mahram. Tentu hal ini akan lebih menjaga kehormatannya.

8. Menjauh dari hal-hal yang mengundang fitnah

Seorang muslimah yang cerdas haruslah memahami akibat yang ditimbulkan dari suatu perkara dan memahami cara-cara yang ditempuh orang-orang bodoh untuk menyesatkan dan menyimpangkannya. Sehingga ia akan menjauhkan diri dari mendengarkan musik, nyanyian, menonton film dan gambar yang mengumbar aurat, membeli majalah-majalah yang merusak dan tidak berfaedah, dan lain-lain. Ia juga tidak akan membuang hartanya untuk merobek kehormatan dirinya dan menghilangkan ‘iffah-nya. Karena kehormatan serta ‘iffah adalah sesuatu yang mahal dan sangat berharga.

Sebuah Penutup

Wahai ukhti muslimah… ‘Iffah adalah pondasi kemuliaan bagi seorang wanita shalihah. Sungguh mulia wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah Ta’ala akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan oleh Rasulullah j dalam sabdanya: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim) Jika ingin mendapatkan kemuliaan sebagai wanita shalihah, maka sesungguhnya kemuliaan itu hanya dapat diraih ketika ia memiliki kemampuan untuk menjaga martabatnya dengan iman, menerima semua karunia yang Allah Ta’ala berikan, menghijab dirinya dari kemaksiatan, menghiasi semua aktivitasnya dengan ibadah, dan memberikan yang terbaik bagi sesamanya. Seorang wanita yang mampu melakukan semua itu akan mulia di sisi Allah Ta’ala dan terhormat di hadapan manusia. Memang usaha yang dilakukan untuk meraih ‘iffah bukanlah hal yang ringan. Diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh dan keistiqamahan yang stabil dengan meminta kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69)
Wallahu Ta’ala a’lam bish-showab

like dong di fb

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Wassalam Wr. Wb...