~~~PERHATIAN!!! ANDA MEMASUKI KAWASAN ANTI DEMOCRAZY~~~

Kamis, 23 Agustus 2012

Inilah Komputer Suku Bangsa Islam pada Abad Pertengahan

Bangsa-bangsa Islam di abad pertengahan ternyata sudah punya "komputer ajaib" yang bisa membantu mengetahui waktu dan posisi benda-benda di angkasa, membantu dalam pelayaran, mempertahakan keakuratan kalender, memperkirakan gerhana, bahkan mengukur bumi.

Komputer ini umumnya tidak besar, bentuknya bundar seperti jam saku dengan diameter 15 cm saja (ada beberapa yang dibuat dalam skala besar). Astrolab, demikian namanya.
Astrolab / nicolas.brodu.numerimoire.net
Astrolab merupakan peranti astronomi yang paling penting sebelum era teleskop muncul. Ilmuwan abad pertengahan di Timur Tengah, khususnya bangsa Islam telah menggunakan alat ini untuk berbagai hal, seperti tertulis di awal artikel.

Astrolab secara prinsip sebenarnya sudah ada sejak sekitar 150 SM. Namun, bentuk fisiknya baru muncul kira-kira 400 M. Alat ini menjadi bagian penting di periode Islam sejak tahun 800 M.

Astrolab terdiri dari sebuah model langit yang tertera pada lempeng logam melingkar.  Di sekliling lingkar luar lempeng logam itu terukir skala derajat, atau kadang penanda waktu. Jarum penunjuk yang bisa diputar (alidad) digunakan untuk menentukan ketinggian suatu bintang ketika peranti ini diangkat setinggi lengan yang teracung. Hasilnya kemudian terbaca pada ukuran berskala.
republika.co.id
Dengan astrolab ini, penggunannya juga bisa mengenali bintang-bintang, memprediksi kapan matahari terbit dan tenggelam setiap hari, menentukan jarak ke Mekah, menyurvei tanah, menghitung tinggi objek, hingga.... berlayar!

Tak heran, bangsa-bangsa Islam masa itu menjadi petualang tangguh baik di darat atau laut. Lewat merekalah, akhirnya astrolab diperkenalkan kepada bangsa Eropa melalui Spanyol (Moor).

Meskipun bangsa Yunani dulu sudah meyakini bentuk bumi adalah bulat, entah mengapa pada perkembangannya bangsa-bangsa di Eropa lebih menerima pendapat soal bumi yang datar. Mata mereka mulai terbuka setelah Copernicus dan Galileo-Galilei memberi pembuktian soal bumi bulat.

Padahal dalam Perjanjian Lama, kitab suci umat Kristen sendiri sudah menulis tentang bumi itu bulat. Demikian juga Quran meyakini bentuk bumi pun bulat.

Ilmuwan-ilmuwan muslim membukitkan iman mereka dengan penyelidikan lanjut, diantaranya melalui astrolab ini.

Sekitar abad 9 M, saat bangsa Islam menguasai separuh dunia, naskah-naskah ilmiah seperti karya astronom Yunani Ptolemeus diterjemahkan ke bahasa Arab. Dinasti Abbasiyah juga mendapatkan naskah-naskah Sansekerta yang kaya akan informasi tentang matematika, astronomi, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Observatorium juga banyak dibangun di kota-kota tempat peradaban Islam berada. Di tempat ini, para ilmuwan memiliki berbagai alat paling canggih masa itu seperti astrolab, kuadran, sekstan, dan  jam matahari.
Penetapan Mekah sebagai kiblat mendorong cendikiawan Muslim mempelajari ilmu falak. Sejak abad 13, banyak masjid dibangun memperkerjakan seorang astronom profesional (muwaqqit) sehingga bisa menentukan arah kiblat secara tepat. Lagi-lagi, komputer saku astrolab jadi panduan utama.
yolanitaseptiana.blogspot.com
Tidak itu saja, ilmuwan Muslim bisa menentukan tanggal dan hari-hari raya untuk ibadah berdasar pengamatan pada peredaran bulan dan matahari, dan mereka juga bisa membantu orang yang akan naik haji merencanakan rute perjalanan paling efisien ke Mekah.
Ini satu contoh ilmu mutakhir yang hingga kini diakui kebenarannya: 
Tahun 1031, Abu Raihan al-Biruni sudah menyebutkan kemungkinan bahwa planet-planet berotasi mengikuti orbit yang elips, bukan bulat.
Mengukur Bumi

Ekspansi Islam ke berbagai belahan bumi menciptakan pembuatan peta bumi ini, termasuk pembuatan globe. Para pembuat peta berupaya keras melakukan pengukuran yang akurat.

Khalifah al-Makmun pernah mengutus dua tim survei ke Gurun Siria dilengkapi astrolab serta tongkat dan tali pengukur. Dua tim tersebut berjalan berlawan arah hingga mereka mengamati satu derajat perubahan ketinggian Bintang Utara. Hasil perhitungan mereka menunjukkan bahwa jarak yang mereka tempuh sama dengan satu derajat garis Lintang, atau 1/360 keliling bumi.
Monumen astrolab di Dubai / sciencephoto.com
Jadi, setelah dikalkulasi, keliling bumi dari kutub ke kutub adalah 37,369 kiometer. Perhitungan ini sangat mendekati dengan hasil teknologi modern jaman sekarang, yakni 40,008 kilometer!

Maka kesimpulannya, tak menutup kemungkinan bila peradaban bangsa Islam saat jaya dulu menyebar hingga ke ujung-ujung bumi, dan bahkan (boleh jadi) sampai ke Amerika.


Sumber:
Awake! Magazine
astrolabes

Ilmuwan NASA Membenarkan bahwa Matahari Sangat Mungkin Akan Terbit dari Barat

Kebenaran ajaran Islam terus-menerus dibuktikan oleh penemuan demi penemuan ilmu pengetahuan. 1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW sudah menyatakan dalam haditsnya bahwa kelak matahari akan terbit dari Barat sebagai bukti keagungan Allah SWT dan ciri-ciri kiamat sudah semakin dekat.
"Tidak akan terjadi kiamat sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya, apabila ia telah terbit dari barat dan semua manusia melihat hal itu maka semua mereka akan beriman, dan itulah waktu yang tidak ada gunanya iman seseorang yang belum pernah beriman sebelum itu." (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Dan riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).
Matahari terbit dari Barat akan terjadi selama satu hari saja, kemudian tertutuplah pintu taubat. Setelah itu, gerakan matahari pun akan kembali seperti sebelumnya terbit dari timur sampai terjadinya kiamat. Ini sesuai dan dibenarkan oleh peneliti NASA dalam artikelnya dibawah. 
Dari Ibn 'Abbas, "Maka Ubai bin Ka'ab berkata, Maka bagaimana jadinya matahari dan manusia setelah itu?" 
Rasulullah menjawab: "Matahari akan tetap menyinarkan cahayanya dan akan terbit sebagaimana terbit sebelumnya, dan orang-orang akan menghadapi (tugas-tugas) dunia mereka, apabila kuda seorang laki-laki melahirkan anaknya, maka ia tidak akan dapat menunggang kuda tersebut sampai terjadinya kiamat." (Fathul Baari, Kitaburriqaq, Juz 11, Thulu’issyamsi Min Maghribiha).
Matahari Terbit dari Barat Dibenarkan Ilmuan Fisika dan Masuk Islam
Demitri Bolyakov, sorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke-Islamannya adalah fisika. Sungguh suatu yang sangat ilmiah, bagaimanakah fisika bisa mendorang Demitri Bolyakov masuk Islam? 
Demitri mengatakan bahwa ia tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang fisika. 
Mereka sedang dalam penelitian terhadap sebuah sempel yang diuji di laboratorium untuk mempelajari sebuah teori modern yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Mereka berhasil menetapkan teori tersebut. 
Akan tetapi Demitri mengetahui bahwasanya diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Nabi SAW yang diketahui umat Islam, bahkan termasuk inti akidah mereka yang menguatkan keharusan teori tersebut ada, sesuai dengan hasil yang dicapainya. 
Demitri merasa yakin bahwa pengetahuan seperti ini, yang umurnya lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai sumber satu-satunya yang mungkin hanyalah pencipta alam semesta ini. 
Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus. 
Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan "Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika". Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya. 
Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan 'kekuatan penggerak' yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya insensitas daya matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. 
Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun. Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. 
Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa 'gerak' perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit dari Barat.
Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian. 
Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Huarirah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima Taubatnya." (dari kitab Islam wa Qishshah).
Sumber :

like dong di fb

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Wassalam Wr. Wb...