~~~PERHATIAN!!! ANDA MEMASUKI KAWASAN ANTI DEMOCRAZY~~~

Selasa, 19 Oktober 2010

Islam, Jalan Hidup Yang Sempurna


Islam adalah jalan hidup yang diturunkan Allah SWT, Dzat yang menciptakan manusia, seluruh alam semesta, dan seluruh kehidupan yang terdapat di dalamnya. Dia yang menciptakan manusia, menghidupkan mematikan, dan memberikan seluruh sarana hidup serta memberikan petunjuk yang paripurna untuk manusia agar bisa menjalani hidup di alam semesta ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan bentukan dan sifat-sifat alamiah kemanusiiaannya, sehingga manusia dapat meraih kesejahteraan dan kebahagiaan. Allas SWT memastikan bahwa Islam sebagai diin atau peraturan hidup yang sempurna dalam firman-Nya:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al Maidah 3).

Al Ustadz Ali As Shobuni dalam Shafwatut Tafaasiir Juz I/302 mengatakan yang dimaksud dengan akmaltu lakum dinakum pada ayat itu adalah Aku telah sempurnakan syari’at Islam dengan penjelasan halal-haramnya. Sedangkan kata nikmatii dalam lanjutan ayat itu beliau tafsirkan sebagai penyempurnaan Allah terhadap nikmatnya dengan hidayah atau petunjuknya dan taufiq atau bimbingan-Nya kepada umat manusia dalam menuju jalan yang lurus. Adapun kalimat warodliitu lakumul islam diian dalam lanjutan ayat itu beliau terangkan bahwa Allah telah memilih dinul Islam di antara agama-agama lain untuk kalian. Islamlah satu-satunya agama yang diridloi dan Allah tidak akan menerima selainnya. As Shobuni mendasarkan keterangan terakhirnya itu pada firman-Nya:

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. Ali Imran 85).

Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al Quranul Azhim Juz II/12 mengatakan bahwa merupakan nikmat terbesar umat ini tatkala Allah menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak memerlukan agama atau peraturan selain Islam dan tidak memerlukan nabi selain nabi mereka (Muhammad saw.). Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai penutup para Nabi dan Dia utus kepada manusia dan jin. Maka tidak ada halal kecuali yang dia halalkan dan tidak ada haram kecuali yang dia haramkan. Dan tidak ada agama kecuali yang dia syari’atkan. Dan setiap sesuatu yang dia kabarkan adalah benar dan bukan dusta.
Syaikh An Nawawi al Jawi dalam Tafsir Munir Juz I/191 mengatakan bahwa Allah SWT menyempurnakan agama kalian kepada kalian dengan memberkan pertolongan dan kemenangan terhadap seluruh agama lain dan memutuskan ketetapan agama itu hingga hari kiamat. Allah SWT menyempurnakan nikmatnya dengan pembebasan kota Makkah dan memasukinya dengan aman serta wewenang tunggal kaum muslimin terhadap tanah haram. Yang menarik, dalam bagian sebelumnya dari ayat ini, ketika menafsirkan firman-Nya:
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. (QS. Al Maidah 3).

Syaikh An Nawawi mengatakan bahwa pada saat turunnya ayat itu (hari Arafah pada haji wada’) orang-orang kafir Makkah telah putus harapan dalam membatalkan urusan agama kaum muslimin dan Allah melarang kaum muslimin takut kepada mereka dalam berbeda dengan orang-orang musyrik itu dalam syari’at dan agama. Sebab, Allah SWT telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kalian dengan negara yang adikuasa (daulah qahirah) dan kekuatan yang besar (al quwwah al azhiimah) dan kaum musyrikin itu pun tunduk dan hina di sisi kalian. Oleh karena itu, Allah SWT meminta agar kaum muslimin takut kepada Allah SWT semata, yaitu takut dalam meninggalkan agama Islam dan mengikuti Nabi Muhammad saw.

Islam Mengatur Seluruh Aspek Kehidupan

Sebagai agama yang disempurnakan oleh Allah SWT, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengatur hubungan seorang manusia dengan Sang Penciptanya (Al Khalik) yakni Tuhan pencipta alam semesta, hubungannya dengan dirinya sendiri, dan hubungannya dengan individu-individu lain di antara anak manusia. Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dalam berbagai peraturan tentang kepercayaan (aqaa’id) dan peribadatan. Islam mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dalam berbagai peraturan tentang makanan, pakaian, dan moral atau akhlaq. Islam mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dalam berbagai peraturan tentang mu’amalat (jual beli, sewa menyewa, hutang piutang dll) serta berbagai peraturan yang mengatur tentang kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat sehingga terwujud masyarakat Islami yang tertib menurut aturan Allah SWT. Islam juga memiliki aturan sanksi hukum pidana (uquubaat) untuk menjaga seluruh tertib hubungan manusia di atas.
Dengan peraturan Islam itu dimensi kehidupan manusia akan teratur dan terdisiplinkan. Sebab, ketika seorang muslim menjalani hidup, dia akan berfikir dan menyadari bahwa dia adalah hamba Allah yang bakal kembali kepada-Nya. Innaa lillahi wainnaa ilihi raaji’un! Kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya. Kelak di akhirat Allah akan mengabarkan seluruh perbuatan manusia di dunia. Dia berfirman:
Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. AL Maidah 105).

Dan sekecil apapun perbuatan, yang baik maupun yang buruk, tidaklah boleh kita anggap remeh. Sebab, semuanya akan diberi balasan dan semuanya bakal dilihat oleh pelakunya sendiri. Dia berfirman:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (QS. Al Zalzalah 7-8).

Oleh karena itu, Islam secara rinci mengatur masalah peribadatan (sholat, zakat, puasa, haji, doa, dzikir, baca Al Qura’an dan lain-lain) agar segala yang dilakukan manusia hanya tertuju kepada Allah semata. Ketika seseorang membaca doa iftitah, dia membuat pernyataan kepada Allah SWT: “Innasholati wanusuki wamahyaaya wamamaati lillahi rabbil alamin. Laa syarikalahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimin”. : “Sesuangguhnya sholatku, ibadah(korbanan)-ku, hidupku, dan matiku, kuserahkan kepada Allah Rabbul Alamin, Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam semesta”.
Allah SWT telah menyatakan bahwa siapapun manusia hanya Dia perintahkan untuk beribadah kepada Allah SWT semata. Dia berfirman:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, (QS. Al Bayyinah 5).
Kebersihan dan kejernihan aqidah ini penting agar manusia secara sadar mengikuti peraturan Allah tanpa paksaan dan hanya dengan keimanan (pembenaran pasti) dan kesadaran yang benar terhadap kelayakan dan kewenangan hukum peraturan tersebut untuk dijalankan oleh manusia dan atas manusia. Semakin kuat iman seseorang, semakin tekun ibadahnya, sehingga semakin terikat pikirannya kepada Allah SWT Sang Pembuat Peraturan untuk hidupnya. Sehingga setiap ia menjalankan peraturan agama dalam aspek apapun ia antusias dan memiliki harapan akan janji Allah yang dia puja dan ia cintai. Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia bahwa aktivitas melaksanakan peraturan agama Allah adalah simpanan abadi yang lebih baik dan lebih bisa diharapkan. Dia SWT berfirman:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(QS. AL Kahfi 46).

Dengan demikian ketika seorang manusia yang memiliki aqidah Islam tersebut memakan makanan yang dihalalkan Allah SWT, dia berharap dengan melakukan aktivitas yang diperintahkan Allah (lihat QS. An Nahl 114) akan lebih dicintai Allah dan mendapatkan barakah-Nya. Maka dia berdoa: “Allahumma baariklana fiimaa razaqtanaa waqinaa adzabannaar!” (“Ya Allah, berilah barakah pada apa yang Engkau rizkikan kepada kami dan selamatkanlah kami dari api neraka”).
Tatkala seorang muslim pakaian yang menutup aurat, dia sadar bahwa itu adalah menjalankan perintah-Nya karena ketaqwaan kepada-Nya (lihat QS. Al A’raf 26). Tatkala seorang wanita muslimah mengenakan kerudung penutup kepala (khimar) dan berjilbab tatkala hendak keluar rumah, maka dia sadar bahwa dia sedang memenuhi perintah Allah SWT yang memelihara kehormatannya (lihat QS. An Nuur 31 dan Al Ahzab 59).
Tatkala seorang muslim menghiasi dirinya dengan sifat moral yang mulia (akhlaqul karimah) dia sadar bahwa itu semata mengikuti perintah Allah. Demikian pula tatkala dia menjauhi sifat moral yang buruk (akhlaq madzmumah), itu adalah karena menjauhi larangan Allah. Dia SWT berfirman:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS. An Nahl 90).

Ketika bergiat dalam ekonomi, seorang muslim akan mengembangkan jual beli dan menjauhi riba dalam segala bentuknya sejauh-jauhnya karena dia sadar bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dia berfirman:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS. AL Baqarah 275).

Ketika berpolitik, seorang muslim menyadari bahwa partai politik itu tugasnya hanyalah menyeru manusia kepada Islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar, bukan sekedar rebutan kekuasaan. Dan ia sadar bahwa kekuasaan mestinya adalah untuk mengatur urusan umat agar selamat sejahtera dan hidup sesuai aturan Islam sehingga bahagia di dunia maupun di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran 104).

Dan ketika kaum muslimin dikokohkan kedudukannya oleh Allah SWT, merea menegakkan sholat, membayar zakat, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar (lihat QS. AL Hajj 41). Masih banyak perkara yang telah diatur oleh Islam yang tidak bisa dipaparka satu-persatu di dalam ruangan yang sempit ini. Yang jelas, kesempurnaan Islam telah jelas di dalam sumber-sumber ajarannya dan telah pernah diwujudkan secara sempurna selama berabad-abad di masa Rasulullah saw. dan para khalifah sesudahnya dalam negara khilafah ala minhajinn nubuwwah. Kapankah kita mewujudkan kembali kesempurnaan itu? (MA, 210503).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sialhkan tinggalkan komentar antum ^^

like dong di fb

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Wassalam Wr. Wb...