Tak Sekedar Cinta Gombal…
Ce : “Say…sebesar apakah cintamu padaku…???!”
Co : “Mmm… Cintaku padamu seluas langit dan sedalam samudera. Aku tak bisa hidup tanpamu. Sehari tak melihatmu, aku hanyalah ikan yang hidup tanpa air. Sedetik tak mengingatmu, aku hanyalah daun yang terbang tanpa arah. Aku siap mati dan berkorban demi dirimu…sayangku… ^_^”
Hari ini rayuan gombal ala pemuda-pemudi yang mabuk cinta bukanlah acara tabu. Hingga seorang anak muda rela menggadaikan iman (meski tanpa sadar) demi sebuah cinta dusta. Hari ini ia berkata rela mati demi sang kekasih, mari dilihat sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Saat sang kekasih bersedia menjadi pendamping hidup sementara ajal menjemputnya tanpa permisi. Relakah sang kekasih ikut mati mendampingi kekasihnya…???. Tanyakan pada William Shakespieres dari mana ia mendapat ide cerita Romeo and Juliet.
Bicara kecintaan, sepertinya hingga hari ini tak ada orang yang lebih kecintaan dan kesetiaannya melebihi kecintaan para sahabat pada Islam dan Rosululloh. Aqidah kuat serta Wala’dan Baro’ yang kokoh menghunjam didada, cukup menjadi modal dasar untuk meraih kecintaan hakiki. Cinta pada Alloh dan Rosul melebihi cinta pada selainnya. Mungkin untuk para kuli tinta, cerita seperti ini cocok sekali untuk mengisi Headline News… ^_^
Seperti apa ceritanya???…
Abu Ubaidah bin Jarroh
Anak bunuh bapaknya sendiri
Durhaka…?!!. Sekilas tak salah bila kata itu terucap dari seorang manusia normal. Betapa tidak seorang anak yang besar dan tumbuh dibawah asuhan seorang ayah, namun saat dewasa dan datang kepadanya Muhammad si pembawa Dien baru, sang anak tega menebas ayahnya sendiri hanya karena kecintaan pada sang Nabi. Namun betapa agung urusan ini hingga Alloh menurunkan sebuah ayat Al Qur’an dari langit ke tujuh, memuji dan menjadikannya contoh bagi seluruh umat.
Alloh berfirman :
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati…” (Al Mujadilah : 22).
Ibnu Syaudzab menceritakan : “Dalam perang Badar, ayah Abu Ubaidah (yang kafir) berusaha menampakkan diri dan mencari anaknya. Mengetahui hal itu, Abu Ubaidah selalu berkelit menghindari ayahnya. Hingga keadaan amat kacau dan Abu Ubaidah membunuh ayahnya. Kemudian Alloh menurunkan sebuah ayat …(Al Mujadilah : 22).” (Dikeluarkan oleh Al Baihaqi, Hakim dan Thabrani).
Abdulloh bin Abdillah bin Ubay bin Salul
Anak minta ijin untuk memenggal ayahnya
Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh berjalan melewati Abdulloh bin Ubay (gembong munafik) yang berada di bangunan tinggi. Ibnu Ubay berkata : ‘Ibnu Abi Kabsyah (Rosululloh) telah menaburkan debu pada kita’. Maka Abdulloh bin Abdulloh bin Ubay bin Salul meminta ijin pada Rosul : ‘Ya Rosulalloh, demi Yang memuliakanmu kalau engkau mengijinkan, aku akan membawa kepala ayahku padamu.’ Rosul menjawab : ‘Tidak, bahkan berbuatlah baik padanya…’ (Diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan rijal yang tsiqoh).
Mush’ab bin Umair
Ada yang lebih ‘saudara’ dari saudara kandung
Dari Ayyub bin Nu’man berkata : ‘Abu Aziz bin Umair (saudara kandung Mush’ab bin Umair) di hari Badar menjadi tawanan kaum muslimin dan menjadi tanggungan Muhriz bin Nadhlah. Mush’ab berkata pada Muhriz : ‘Wahai Muhriz keraskanlah tanganmu padanya…Sesungguhnya di Makkah ia mempunyai ibu yang kaya raya’. Maka Abu Aziz berkata pada saudaranya : ‘Inikah perlakuanmu padaku wahai saudaraku…?. Mush’ab menjawab : ‘Muhriz adalah saudaraku selain kamu.’ Hingga sang ibu mengirim 4000 dirham sebagai penebus Abu Aziz. Dan inilah jumlah tebusan terbesar diantara tawanan Badar.
Ummu Habibah
Tikar usang yang lebih berharga dari bapaknya
Az Zuhri menceritakan : ‘Ketika Abu Sufyan bin Harb pergi ke Madinah, ingin menemui Rosululloh yang berhasrat menyerang Makkah. Ia meminta perpanjangan perjanjian Hudaibiyah, namun Rosululloh tidak menerimanya. Kemudian ia pergi dan menemui putrinya Ummu Habibah. Hingga saat ia ingin duduk di tikar Rosululloh, maka Ummu Habibah menariknya. Abu Sufyan berkata : ‘ Wahai anakku apakah engkau lebih mencintai tikar ini dari padaku ?.’ Ummu Habibah menjawab : ‘Sesungguhnya ini adalah tikar Rosululloh sedangkan engkau adalah Musyrik yang najis……’ (Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’d).
Ini hanyalah sekelumit kisah cinta sahabat dan shohabiah, sebuah cinta hakiki yang mendahulukan cinta pada Alloh dan Rosul-Nya melebih semua kecintaan. Bukan cinta gombal para pencari dunia yang mudah luntur dan terbang dari relung hati.
Maroji’ :
- Al Qur’anul Karim
- Hayatu Shohabah : Al Alamah As Syaikh Muhammad Yusuf Al Kandahlawy dengan tahqiq dan ta’liq Syaikh Nayif Al Abbas dan Muhammad Ali Daulah. Juz 2 bab Khuruju Shohabah anis Syahwati Nafsaniyah. Darul Qolam Damsyiq, cetakan kedua tahun 1983.